Senin, 25 Juli 2011

Puisi buatan ku

"Mungkin Ini Yang Terbaik"

Di saat terik sinar mentari menyengat bumi,

d antara angin yang menggoyahkan dedaunan..

Sepi saat sendiri dan entah apa yang bisa ku lakukan lagi.. aku tak bisa merasakan letihmu, aku tak bisa merasakan lelahmu maafkan aku itu karena aku hanya terdiam, bisa apa aku untuk hidupmu? Bisa apa aku untuk tetap berada dihatimu? Bahkan disaat kau berkeluh, aku tak bisa menenangkanmu, d saat kau ingin menangis entah aku berada dimana.. bisakah kau katakan padaku bisa apa aku untukmu? Aku terdiam dan aku memikirkanmu, mencari" cara memutar pikiran, tapi aku tak menemukan satupun hal yang dapat kulakukan... disini aku kan berusaha tuk bisa menemukan arti. Saat dedaunan mulai diam dan tak ada satu anginpun yang menggerakkannya, saat mentari meluluhkan cahayanya dan sedikit berbagi dengan awan yang menghitam. Hari akan terus berganti, saat dimana aku mencoba tuk terus memikirkan tentang satu cara, satu alasan yang bisa ku katakan saat dimana kau bertanya. Bisa apa kau untukku?

Mungkin ini yang terbaik dimana tak ada satu arah mata anginpun yang mampu mempertemukan kita. Saat aku terus berpikir dalam tanda Tanya? Suatu saat kita kan berjumpa dimana aku telah menemukan jawab atas Tanya angin yang lewat barusan. Mungkin ini yang terbaik saat mentari belum mau menyatukan cahayanya untuk menyinari kita. Aku, kan biarkanmu hidup disana dengan hidupmu.. saat helaan nafas itu tak bisa sadarkan aku. Sekali lagi ku katakan maafkan aku, aku tak bisa merasakan letihmu, aku tak bisa merasakan lelahmu. Disini aku Hanya mampu menunggu saat setetes harapan jatuh dari langit" kelabu.

Berikan aku sebuah janji, temukan arah mata angin itu. Cobalah lakukan untukku.. berusaha menemukan satu waktu dalam keletihanmu, karena yang kumampu hanya menunggu.. maafkan aku yang terlalu memaksakan egoku, tak pernah berusaha mengerti akan peliknya hidupmu. Yang ingin ku beritahu bahwa Aku begitu membutuhkanmu untuk menjawab semua Tanya itu. Menjawab semua keraguanku,

Maka Izinkan aku berharap, pastikan langkah ini hanya untuk satu tujuan. Iriku pada awan yang setia pada langit disaat langit cerah maupun gulita.. iriku pada tanah yang setia pada bumi disaat bumi kering maupun basah. Saat mereka bergeming dengan banyak alasan memojokkan arti sebuah kesetiaan, aku yang tiada sempurna ini gamang dan terus mengingat akan kelemahan dayaku.

Mungkin ini memang yang terbaik dimana tak ada satu arah mata anginpun yang mampu mempertemukan kita...

Puisi buatan ku

"Mungkin Ini Yang Terbaik"

Di saat terik sinar mentari menyengat bumi,

d antara angin yang menggoyahkan dedaunan..

Sepi saat sendiri dan entah apa yang bisa ku lakukan lagi.. aku tak bisa merasakan letihmu, aku tak bisa merasakan lelahmu maafkan aku itu karena aku hanya terdiam, bisa apa aku untuk hidupmu? Bisa apa aku untuk tetap berada dihatimu? Bahkan disaat kau berkeluh, aku tak bisa menenangkanmu, d saat kau ingin menangis entah aku berada dimana.. bisakah kau katakan padaku bisa apa aku untukmu? Aku terdiam dan aku memikirkanmu, mencari" cara memutar pikiran, tapi aku tak menemukan satupun hal yang dapat kulakukan... disini aku kan berusaha tuk bisa menemukan arti. Saat dedaunan mulai diam dan tak ada satu anginpun yang menggerakkannya, saat mentari meluluhkan cahayanya dan sedikit berbagi dengan awan yang menghitam. Hari akan terus berganti, saat dimana aku mencoba tuk terus memikirkan tentang satu cara, satu alasan yang bisa ku katakan saat dimana kau bertanya. Bisa apa kau untukku?

Mungkin ini yang terbaik dimana tak ada satu arah mata anginpun yang mampu mempertemukan kita. Saat aku terus berpikir dalam tanda Tanya? Suatu saat kita kan berjumpa dimana aku telah menemukan jawab atas Tanya angin yang lewat barusan. Mungkin ini yang terbaik saat mentari belum mau menyatukan cahayanya untuk menyinari kita. Aku, kan biarkanmu hidup disana dengan hidupmu.. saat helaan nafas itu tak bisa sadarkan aku. Sekali lagi ku katakan maafkan aku, aku tak bisa merasakan letihmu, aku tak bisa merasakan lelahmu. Disini aku Hanya mampu menunggu saat setetes harapan jatuh dari langit" kelabu.

Berikan aku sebuah janji, temukan arah mata angin itu. Cobalah lakukan untukku.. berusaha menemukan satu waktu dalam keletihanmu, karena yang kumampu hanya menunggu.. maafkan aku yang terlalu memaksakan egoku, tak pernah berusaha mengerti akan peliknya hidupmu. Yang ingin ku beritahu bahwa Aku begitu membutuhkanmu untuk menjawab semua Tanya itu. Menjawab semua keraguanku,

Maka Izinkan aku berharap, pastikan langkah ini hanya untuk satu tujuan. Iriku pada awan yang setia pada langit disaat langit cerah maupun gulita.. iriku pada tanah yang setia pada bumi disaat bumi kering maupun basah. Saat mereka bergeming dengan banyak alasan memojokkan arti sebuah kesetiaan, aku yang tiada sempurna ini gamang dan terus mengingat akan kelemahan dayaku.

Mungkin ini memang yang terbaik dimana tak ada satu arah mata anginpun yang mampu mempertemukan kita...